Bentrok antara anggota TNI Angkatan Darat dengan sejumlah warga kawasan Urut Sewu, Desa Sentrojenar, Kecamatan Bulus Pesantren, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Sabtu (16/4/2011), mengakibatkan tujuh warga dirawat di RSU Kebumen, empat di antaranya mengalami luka tembak.
Ketujuh warga dirawat di Bangsal Teratai RS Kebumen. Di antara para korban, Aris Wahyudi (49) mengalami luka pelipis bagian kanan, Mustofa (65) dengan hidung membengkak, dan Syamsudin (26) dengan bagian kepala sebelah kanan sobek. Empat lainnya menderita luka tembak, yakni Mulyanto (21), Sarwadi, Kusriyanto (29), dan Surip Supangat.
Aris Wahyudi menceritakan, kejadian bermula saat warga baru saja berziarah di makam seorang anak yang menjadi korban bom bekas latihan tentara pada 22 Maret 1997. Warga membenahi barikade yang dipasang warga di Jalan Diponegoro sebagai jalan menuju Kantor Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AD yang telah dibongkar TNI. Setelah itu warga merubuhkan papan Dislitbang TNI di gapura masuk.
Warga kemudian berkumpul di dekat Kantor Kecamatan Bulus Pesantren, dan tiba-tiba sekitar 50 prajurit TNI dengan bersenjata laras panjang menyerang warga. "Kami tidak menyangka kalau TNI akan melepaskan tembakan," katanya.
Kepala Desa Setrojenar, Surip Supangat yang juga mengalami luka tembak menuturkan, saat kejadian ia sedang menanam padi di sawahnya di sebelah selatan Kantor Dislitbang TNI. "Waktu menanam padi tiba-tiba terdengar suara tembakan berkali-kali dari arah utara, beberapa waktu kemudian datang puluhan prajurit TNI kemudian juga menembak ke arah kami. Waktu itu ada seorang prajurit yang menuding saya sebagai provokator," ungkapnya.
Padahal, menurut Surip, selama ini justru selalu mengimbau masyarakat untuk tidak berbuat anarki. "Selain menembak, mereka juga memukul dan menginjak saya. Kami sangat menyayangkan tindakan aparat TNI, mereka telah menginjak-injak tanaman padi kami dan menembak di depan ibu-ibu yang sedang menanam padi," tuturnya.
Surip mengemukakan, selama ini memang terjadi permasalahan antara warga dengan Kantor Dislitbang TNI, karena tanah warga dipasangi patok tanpa sepengetahuan warga dan kepala desa. Patok tersebut sebagai zona aman daerah latihan TNI, tetapi warga mengira tanah tersebut akan diambil TNI. "Sebenarnya kami hanya menginginkan agar TNI tidak melakukan latihan militer di kawasan tersebut, karena sebagian adalah tanah warga," kata Surip.
No comments:
Post a Comment