Ketua ISM, Harry Patti, di Makassar, mengatakan kepindahan tim Juku Eja ke Liga Primer Indonesia (LPI) justru membuat nama besar PSM perlahan-lahan menghilang. Para suporter juga kini mulai terlihat tidak bersemangat untuk mendukung tim kebangaannya.
"Setelah PSM pindah ke LPI, kita mulai tidak bersemangat. Salah satu sebabnya karena di LPI tidak berlaku sistem degradasi," jelas Harry kepada Antara.
Menurut Harry, ketika PSM masih berlaga sejak dari kompetisi perserikatan, Ligina hingga ISL, seluruh pendukung PSM begitu bangga dengan tim Juku Eja. Namun perjalanan panjang PSM itu kini berubah setelah memutuskan berlaga di LPI.
Ia menambahkan, selama 21 tahun seluruh pendukung telah menjalani ribuan kisah sedih dan bahagia bersama PSM. Hal itu dilakukan untuk melihat PSM bangkit dan membuktikan sebagai tim besar yang pernah ada di Indonesia.
"Sejarah mencatat kamilah yang mendirikan kerajaan suporter di Mattoanging sebagai rohnya PSM. Namun apa yang kita lakukan setelah PSM berlaga di LPI, tentu tidak ada karena LPI tidak menggunakan sistem degradasi," katanya.
Sebelumnya, Pengamat sepak bola Sulsel, Yopie Lumoindong, mengatakan, bahwa dirinya telah memperingatkan pengurus PSM untuk bermain aman dengan mengusulkan salah satu tim untuk mewakili Makassar di LPI.
Menurutnya, langkah itu juga dilakukan sejumlah tim termasuk Persebaya Surabaya yang akhirnya berlaga di dua kompetisi yakni Divisi Utama dan LPI.
"Seharusnya PSM lebih bermain dua kaki menyikapi persoalan LPI sebelum memutuskan pindah. Hal itu penting untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk termasuk ditinggalkan suporter," ujarnya.
"Setelah PSM pindah ke LPI, kita mulai tidak bersemangat. Salah satu sebabnya karena di LPI tidak berlaku sistem degradasi," jelas Harry kepada Antara.
Menurut Harry, ketika PSM masih berlaga sejak dari kompetisi perserikatan, Ligina hingga ISL, seluruh pendukung PSM begitu bangga dengan tim Juku Eja. Namun perjalanan panjang PSM itu kini berubah setelah memutuskan berlaga di LPI.
Ia menambahkan, selama 21 tahun seluruh pendukung telah menjalani ribuan kisah sedih dan bahagia bersama PSM. Hal itu dilakukan untuk melihat PSM bangkit dan membuktikan sebagai tim besar yang pernah ada di Indonesia.
"Sejarah mencatat kamilah yang mendirikan kerajaan suporter di Mattoanging sebagai rohnya PSM. Namun apa yang kita lakukan setelah PSM berlaga di LPI, tentu tidak ada karena LPI tidak menggunakan sistem degradasi," katanya.
Sebelumnya, Pengamat sepak bola Sulsel, Yopie Lumoindong, mengatakan, bahwa dirinya telah memperingatkan pengurus PSM untuk bermain aman dengan mengusulkan salah satu tim untuk mewakili Makassar di LPI.
Menurutnya, langkah itu juga dilakukan sejumlah tim termasuk Persebaya Surabaya yang akhirnya berlaga di dua kompetisi yakni Divisi Utama dan LPI.
"Seharusnya PSM lebih bermain dua kaki menyikapi persoalan LPI sebelum memutuskan pindah. Hal itu penting untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk termasuk ditinggalkan suporter," ujarnya.
No comments:
Post a Comment