Pengamat hubungan internasional dari Universitas Indonesia, Hariyadi Wirawan mengatakan Pemerintah perlu mempertimbangkan permintaan pembajak Somalia yang menyandera 20 warga negara Indonesia (WNI). Masalahnya, permintaan USD 3 juta sebagai uang tebusan akan menjadi pertaruhan harga diri bangsa Indonesia. "Memang ada resiko takut dibunuh (sandera), tapi harga diri dipertaruhkan. Secara politik memang melemahkan posisi Indonesia dan memperkuat posisi pembajak. Dan kalau ada lagi kapal Indonesia yang melintas pasti dibajak lagi," kata Hariyadi di sela-sela diskusi bertajuk "Indonesia Dalam Pusaran Dunia" yang digelar Indonesia Center of Democracy, Diplomacy & Defense (IC3D) di Jakarta, Selasa (12/4). Menurut Hariyadi, memang banyak pilihan yang bisa diambil Pemerintah sebelum mengerahkan militer ke Somalia untuk membebaskan para sandera. Diantaranya adalah melakukan diplomasi dengan Pemerintah Somalia atau meminta bantuan kepada Amerika Serikat karena memiliki pangkalan militer di Meditrania. "Tapi dua opsi ini sulit dilakukan karena perompak itu bukan sebuah lembaga dan tujuan mereka hanya uang tebusan, bukan yang lain. Sementara Indonesia di hadapan Amerika Serikat selalu lemah sehingga sulit dipenuhi," katanya. Hariyadi menjelaskan Pemerintah Indonesia bisa mengikuti jejak yang dilakukan Pemerintah Korea Selatan dalam membebaskan warganya dari perompak Somalia. Korsel mengerahkan marinirnya dan berhasil menyelamatkan 21 anak buah kapal Samho Jewelry yang mengangkut 15 ribu bahan kimia. Sementara delapan pembajak tewas dalam aksi pembebasan itu. Demikian halnya dengan Pemerintah Rusia ketika kapal tanker MV Moscow University yang tengah melintas di Teluk Eden, Yaman dibajak 2010 silam. 23 warga Rusia yang di sandera dibebaskan setelah mengerahkan kapal perang militer Rusia. "Memang kadang-kadang (negara) harus keras," katanya. (awa/jpnn) |
4.12.2011
20 WNI Disandera Perampok : Demi Harga Diri Militer Perlu Dikerahkan
Labels:
Berita
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment