"Telah terjadi baku tembak ketika penangkapan dua orang teroris DPO pelaku Bom Klaten di Jalan Pelajar Pejuang, Cemani, Solo pada Sabtu dini hari pukul 01.15 WIB," kata Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabag Penum) Polri, Kombes Pol Boy Rafli Amar, di Jakarta, Sabtu.
Dua orang yang tewas bernama Sigit Qurdowi yakni Amir Tim Hisbah bersama pengawalnya Hendro.
"Dari dua tersangka itu, polisi menyita dua pucuk senjata api FN, satu pucuk senjata api Baretta, satu unit granat jenis manggis masih aktif, seratus butir peluru senjata api FN," kata Boy.
Adapun kronologis penangkapan berawal dari dua orang pelaku tersebut berboncengan sepeda motor, lalu mereka keluar dari sebuah rumah di daerah Cemani, Solo yang jalannya mengarah ke Tim Surveillance Densus 88 dan Tim Tindak.
"Tiba-tiba mereka berbalik arah dan langsung diikuti oleh Tim Surveillance dan Tim Tindak. Ketika Tim Tindak berusaha menghentikan kendaraan pelaku, lalu Sigit Qordowi yang dibonceng menembaki anggota Densus, kemudian anggota bereaksi membalas tembakan," kata boy.
Kabag Penum mengatakan tembakan teroris Sigit Qurdowi mengenai seorang laki-laki pedagang nasi angkringan bernama Nur Iman yang berada di beberapa meter dari tempat kejadian perkara (TKP), karena berusaha mendekat ketika terjadi keributan.
"Hal ini menyebabkan Nur Iman meninggal dunia, termasuk dua pelaku teroris meninggal dunia di TKP," kata Boy.
Keterlibatan dua pelaku DPO tersebut dalam aksi teror bom gereja dan Mapolsek Pasar Kliwon pada Desember 2010, kemudian mereka juga terlibat jaringan terorisme di Cirebon, dan mereka memiliki kaitan dengan empat tersangka yang ditangkap di Solo.
Sebelum terjadi baku tembak pada Jumat (13/5) malam, pada Kamis (12/5) telah dilakukan penangkapan empat orang diduga terlibat teroris di Solo dan sekitarnya.
Empat tersangka yang ditangkap atas nama Edi T alias Edi Jablay, Ari Budi alias Abas alias Irwan, Hari Budiarto alias Nobita, dan Aripin Haryono.
Densus telah menyita kurang lebih 183 butir peluru kaliber sembilan milimeter dan 381 butir peluru kaliber 5,56 4TJ hasil penggeledahan di rumah Hariyanto di Jalan Perkutut Banmati, Sukoharjo.
"Mereka merupakan pelaku hasil pengembangan para tersangka yang terlibat bom Cirebon, sebagai kelompok pemasok senjata api dan amunisi, termasuk granat. saat ini masih diperiksa secara intensif oleh Densus," kata Boy.
Sebelumnya Irjen Edward Aritonang menegaskan jika peluru yang menewaskan Nur Iman, pedagang angkringan yang tewas dalam penggrebekan pelaku teroris di Jalan Palagan Tentara Pelajar, Desa Sanggrahan, Grogol, Sukoharjo berasal dari pistol yang ditembakkan teroris secara membabi buta. Sehingga tim Detasemen Khusus 88 Anti Teror akhirnya memutuskan menembak kedua terduga teroris setelah tembakannya mengenai warga.
Endro menjelaskan, posisi warung angkringan tersebut berada di sebelah Selatan tempat kejadian perkara. Sedangkan posisi Densus 88 berada di sebelah utara tempat kejadian. “Itu artinya posisi tersangka berada di tengah-tengah,” kata Endro.
Secara logika, peluru yang menewaskan Nur Iman jelas berasal dari arah utara. “Padahal untuk membela diri, posisi kedua tersangka mestinya menghadap ke utara membelakangi Nur Iman,” kata Endro. Dalam posisi seperti itu, kecil kemungkinan pistol mereka mengenai Nur Iman yang berada di belakangnya.
Dia meminta polisi tidak dengan cepat memberikan kesimpulan bahwa penyebab tewasnya Nur Iman berasal dari senjata para terduga teroris. “Harus ada uji balistik secara independent,” kata dia.
Dua orang yang tewas bernama Sigit Qurdowi yakni Amir Tim Hisbah bersama pengawalnya Hendro.
"Dari dua tersangka itu, polisi menyita dua pucuk senjata api FN, satu pucuk senjata api Baretta, satu unit granat jenis manggis masih aktif, seratus butir peluru senjata api FN," kata Boy.
Adapun kronologis penangkapan berawal dari dua orang pelaku tersebut berboncengan sepeda motor, lalu mereka keluar dari sebuah rumah di daerah Cemani, Solo yang jalannya mengarah ke Tim Surveillance Densus 88 dan Tim Tindak.
"Tiba-tiba mereka berbalik arah dan langsung diikuti oleh Tim Surveillance dan Tim Tindak. Ketika Tim Tindak berusaha menghentikan kendaraan pelaku, lalu Sigit Qordowi yang dibonceng menembaki anggota Densus, kemudian anggota bereaksi membalas tembakan," kata boy.
Kabag Penum mengatakan tembakan teroris Sigit Qurdowi mengenai seorang laki-laki pedagang nasi angkringan bernama Nur Iman yang berada di beberapa meter dari tempat kejadian perkara (TKP), karena berusaha mendekat ketika terjadi keributan.
"Hal ini menyebabkan Nur Iman meninggal dunia, termasuk dua pelaku teroris meninggal dunia di TKP," kata Boy.
Keterlibatan dua pelaku DPO tersebut dalam aksi teror bom gereja dan Mapolsek Pasar Kliwon pada Desember 2010, kemudian mereka juga terlibat jaringan terorisme di Cirebon, dan mereka memiliki kaitan dengan empat tersangka yang ditangkap di Solo.
Sebelum terjadi baku tembak pada Jumat (13/5) malam, pada Kamis (12/5) telah dilakukan penangkapan empat orang diduga terlibat teroris di Solo dan sekitarnya.
Empat tersangka yang ditangkap atas nama Edi T alias Edi Jablay, Ari Budi alias Abas alias Irwan, Hari Budiarto alias Nobita, dan Aripin Haryono.
Densus telah menyita kurang lebih 183 butir peluru kaliber sembilan milimeter dan 381 butir peluru kaliber 5,56 4TJ hasil penggeledahan di rumah Hariyanto di Jalan Perkutut Banmati, Sukoharjo.
"Mereka merupakan pelaku hasil pengembangan para tersangka yang terlibat bom Cirebon, sebagai kelompok pemasok senjata api dan amunisi, termasuk granat. saat ini masih diperiksa secara intensif oleh Densus," kata Boy.
TEMPO Interaktif, Sukoharjo- Sekretaris The Islamic Study and Action Center, Endro Sudarsono menyangsikan pernyataan Kepala Polisi Daerah Jawa Tengah, Irjen Edward Aritonang bahwa Nur Iman, tewas karena berondongan tersangka teroris. “Keterangan itu sulit diterima secara logika,” katanya. Dia yakin, peluru yang menewaskan pedagang angkringan itu berasal dari senjata api yang dipegang oleh Densus 88.
Sebelumnya Irjen Edward Aritonang menegaskan jika peluru yang menewaskan Nur Iman, pedagang angkringan yang tewas dalam penggrebekan pelaku teroris di Jalan Palagan Tentara Pelajar, Desa Sanggrahan, Grogol, Sukoharjo berasal dari pistol yang ditembakkan teroris secara membabi buta. Sehingga tim Detasemen Khusus 88 Anti Teror akhirnya memutuskan menembak kedua terduga teroris setelah tembakannya mengenai warga.
Endro menjelaskan, posisi warung angkringan tersebut berada di sebelah Selatan tempat kejadian perkara. Sedangkan posisi Densus 88 berada di sebelah utara tempat kejadian. “Itu artinya posisi tersangka berada di tengah-tengah,” kata Endro.
Secara logika, peluru yang menewaskan Nur Iman jelas berasal dari arah utara. “Padahal untuk membela diri, posisi kedua tersangka mestinya menghadap ke utara membelakangi Nur Iman,” kata Endro. Dalam posisi seperti itu, kecil kemungkinan pistol mereka mengenai Nur Iman yang berada di belakangnya.
Dia meminta polisi tidak dengan cepat memberikan kesimpulan bahwa penyebab tewasnya Nur Iman berasal dari senjata para terduga teroris. “Harus ada uji balistik secara independent,” kata dia.
No comments:
Post a Comment